Rabu, 25 Januari 2012

My StarLight is You



Tittle : My StarLight is You
Author : Reinara
Cast :
-          Cho Kyuhyun
-          Kwon Yuri
Warning!! Typo bertebaran~ dari FF sebelumnya author pake Yunho jadi cast nya. Jadi kalo ada yg belum sempat ke edit. Mianhe sebelumnya
HAPPY READING^^

__Ketika cinta mulai berbicara, takdir pun dapat berubah. Namun ketika takdir mulai berbicara, tak ada cinta manapun yang dapat merubah. __


 


“ ini resep obat yang harus anda minum agassi”
“ untuk apa dok? Bukankan sudah tak ada harapan lagi? Untuk apa aku harus minum obat?”
“ agassi... kami berusaha memberikan yang terbaik kepada pasien. Mungkin ini tidak membantu, tapi setidaknya, obat ini sedikit memperlambat peningkatan penyakit anda”
“ saya mengerti, permisi” Kyuhyun melangkah keluar dari ruang dokter Lee dengan wajah sayu nya. Namja membuka pintu dan menutupnya perlahan, kemudian bersandar pada dinding dekat pintu ruangan yang baru saja dimasukinya dengan kasar. “ SIALL!!” geramnya sembari meremas sepucuk kertas di tangannya dan melempar asal kelantai dan pelahan berjalan menelusuri lorong menuju jalan keluar.

Semangat hidupnya semakin menghilang semenjak vonis dari dokter yang menyatakan penyakit kanker darah manjalar ditubuhnya. Leukimia mielositik kronis telah dideritanya selama satu tahun lamanya. Chemotherapy, transfusi darah, mengkonsumsi obat dan berbagai cara lain sudah dijalaninya. Tapi, selama kamus kedokteran masih tertulis ‘belum ditemukan obat untuk penyakit tersebut’, tak ada yang bisa Kyuhyun lakukan ketika dokter memberi pengakuan penyakitnya semakin memburuk dan kesempatan hidupnya semakin menipis.

“ yeoboseyo chagi-ya, mianhe aku sedikit terlambat, tunggulah sebentar lagi... ne, annyeong” Kyuhyun memutuskan sambungan ponselnya dan kembali fokus kepada jalanan dimana Kyuhyun melesat dengan mobil pribadinya, menuju ke suatu tempat dimana Kwon Yuri, yeoja chingunya menunggu.
Dengan swetter coklat dan syal yang melilit leher dan menutupi sebagian wajahnya, Kyuhyun melangkah menuju sebuah kursi dibawah pohon ditengah taman dimana seorang yeoja menunggu kedatangannya.
“ Yuri-ya, mianhe aku terlambat” ucap Kyuhyun seraya memeluk yeoja yang sedang duduk itu dari belakang. Yuri menggenggam tangan yang melilitnya. “ kau kedinginan?” lanjut Kyuhyun membenamkan kepalanya di pundak Yuri. Siang ini cukup dingin di hari kedua turunnya salju.
“ bagaimana aku bisa kedinginan kalau kau memelukku seperti ini? Aku hangat chagi, karena kau yang selalu menghangatkanku. Memiliki dirimu adalah kehangatan bagiku” Yuri menyandarkan kepalanya pada kepala Kyuhyun yang masih terdiam dipundaknya. Tarikan nafas panjang Kyuhyun terdengar jelas ditelinga Yuri, membuatnya melontarkan sebuah pertanyaan.
“ apa kau demam?” Kyuhyun mengangkat kepalanya dan melepas pelukannya, mengambil posisi kosong di samping Yuri. Yuri memandangnya heran, dengan syal yang dikenakannya hingga ia tak dapat melihat dengan jelas keseluruhan wajah namjachingunya sore hari ini. Kyuhyun menggenggam tangan Yuri, menolak tangannya yang hampir menyentuh syal diwajahnya.
“ pecayalah, aku baik-baik saja”
“ kau terlihat pucat. Apa kau yakin tidak lebih baik pulang saja?!” tebak Yuri, dilihat dari mata namja dihadapannya yang nampak sayu. Gelengan lemah dari Kyuhyun mewakili jawaban ‘tidak’ sebelum ia beranjak dari posisi duduknya.
“ aku tak mau melewatkan hari ini. Kajja!!” ajaknya. Yuri mengangguk dan menyambut uluran tangan itu. Beribu pertanyaan menghujami pikiran Yuri akan sikap Kyuhyun akhir-akhir ini. Yuri merasa ada yang disembunyikan darinya. Karena setiap kali Yuri ingin menemuinya, ada saja alasan dari namja itu untuk menolak. Dan saat mereka sedang berkencan, tak jarang Kyuhyun menghilang di tengah-tengah acara kencan mereka. Dan yang semakin membuatnya heran, di sore yang dingin oleh turunnya salju, dimana semua orang lebih memilih bersembunyi di balik selimut hangat atau menyesap secangkir kopi di depan perapian rumahnya, Kyuhyun mengajaknya berkencan dan berjanji untuk menemaninya seharian. Ingin sekali Yuri menanyakan hal itu, namun semua rangkaian pertanyaannya hanya tertahan di mulut ketika Kyuhyun mengatakan kata-kata yang berhubungan dengan ‘percaya’.
“ aku percaya padamu” gumam Yuri hampir tak terdengar, namun ditelinga Kyuhyun terdengar sangat jelas.
“ mianhe chagi” benak Kyuhyun berteriak ingin mengatakannya, ingin ia melihat yeoja nya menangis senang seperti saat pertama ia menyatakan cintanya. Membayangkan kenangan masa lalu itu membuat dadanya semakin sesak membuat nya tak mampu untuk bernafas normal. Harapannya saat ini, membuat tangisan itu tetap menjadi air mata bahagia, bukan seperti yang ia bayang kan kedepannya saat ini.

===oOo===

“ ini lucu... lihat!” Yuri menyodorkan sebuah boneka kelinci yang ukurannya bahkan lebih besar dari badannya. Telinga panjang dengan mata besarnya mampu menarik perhatian Yuri yang ditambah dengan warna pinknya yang menjadi warna andalan setiap perempuan, mungkin.
“ kau suka?” suara Kyuhyun sedikit teredam oleh syal yang menutupi mulutnya, namun mampu terdengar oleh Yuri yang membuat sebuah senyuman tersungging di bibir mungil Yuri yang disusul anggukan antusiasnya.
“ uhuk... ehemm. Kenapa harus bertanya padaku?” Yuri memeluk boneka itu sembari membelai halus dengan jari telunjuknya, kerucut bentuk bibirnya menampakkan wajah aegyo Yuri membuat Kyuhyun tak tahan untuk tidak mengacak-acak rambutnya.
“ baiklah yeoja manja, kita beli ini”
“ yippie!” dengan girangnya Yuri memeluk boneka kelinci itu dengan sesekali mengecup-kecupnya. Kyuhyun menyipitkan matanya, menandakan ada sebuah senyuman dibalik syal coklat bergaris hitam itu.

===oOo===

“ langkahkan kakimu, chagi-ya!”
“ Kyuhyun! Aku tidak bisa!”
“ lakukan seperti yang ku lakukan!” Kyuhyun melepaskan pegangan tangan Yuri perlahan, dan melangkah menjauhi Yuri. Yuri yang tidak pernah menggunakan sepatu ice skating dan berdiri di hamparan lantai es, akan sangat kesulitan berdiri dengan tegak saat Kyuhyun membiarkannya berdiri sendiri.
“ Kyu... ” Yuri yang masih kesulitan mengendalikan keseimbangan tubuhnya, tidak berani melangkahkan kakinya barang se senti pun.
“ percayalah padaku, aku ada disini” satu kata yang selalu menjadi jarum di telinga Yuri, yang tak mampu menolak setiap sisipan kata ‘percaya’ pada kalimat yang diucapkan Kyuhyun. Kyuhyun yang berdiri empat langkah dihadapan yeojachingunya, membentangkan kedua tangannya, seolah menyambut kedatangan Yuri. Sementara Yuri menarik nafas panjang dan kembali menghembuskannya, berusaha mengumpulkan tenaga pada telapak kakinya.
“ Kyaaa!!!” yeoja itu berteriak ketika keseimbangannya hilang pada langkah pertama yang diambilnya.
Brugkhh!!
Yuri terjatuh tepat diatas tubuh Kyuhyun yang menyangga tubuh Yuri pada waktu yang tepat. Namun dikarenakan lantai es yang licin membuat Kyuhyun ikut kehilangan keseimbangan, dan kini kedua mata mereka beradu. Wajah Yuri begitu dekat dengan Kyuhyun, membuatnya mampu mendengar hembusan nafas dari Kyuhyun. Seketika ekspresi wajah Yuri berubah. Yuri berusaha berdiri dan menegakkan tubuhnya diikuti Kyuhyun yang sesekali merengek oleh timpaan Yuri.
“ kau ini berat sekali, Yuri-ya... sepertinya kau perlu memeriksa berat badanmu segera” Kyuhyun yang sudah berdiri, menyadari akan tatapan berbeda dari Yuri. Seketika membuat Kyuhyun terdiam menatapnya dan membenahi letak syalnya.
“ Ehmm... ehmm..” Kyuhyun mendehem pelan, menanggapi sikap Yuri yang terus diam menatapnya. Yuri mengerjapkan matanya dan menunjukkan sekilas senyumannya.
“ Ah, mianhe... Kyuhyun... aku lapar” ucap Yuri  tersenyum kecil, sembari menyambar tangan Kyuhyun untuk mempertahankan keseimbangannya yang mulai goyang. Kyuhyun menghela nafas panjang.
“ ne, kajja” Kyuhyun memicu langkahnya. Sedangkan Yuri yang melangkah lebih belakang, hanya menundukkan kepala dan mengapalkan tangannya. Aku percaya! Aku hanya perlu percaya! kata itu yang selalu Yuri ucapkan dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya untuk menghilangkan seribu macam pertanyaan yang terbesit dalam pikirannya.

“ chagi-ya... kau melamun?” Kyuhyun mengibas-kibaskan tangannya didepan Yuri, membuyarkan lamunan yeoja itu. “ kau sudah memutuskan mau pesan apa?” lanjut Kyuhyun sedikit menarik daftar menu dari tangan Yuri.
“eum, ne... aku pesan... ini” Yuri menunjukkan pesanannya pada pelayan yang sudah menunggu disampingnya sedari tadi.
“ ne, agassi... wait ten minutes” pelayan itu membungkuk dan berjalan menjauh dari tempat mereka duduk.
“ ehmhem... errrr, Yuri-ah... aku tinggal sebentar, mau kekamar kecil” Kyuhyun beranjak dari duduknya ketika mendapat anggukan dan senyum dari Yuri. Yuri hanya duduk terdiam sembari membuat gambar lingkaran berulang-ulang dengan jarinya. Ada sesuatu yang ia tak tau, dan perlu ia ketahui. Masih terdengar jelas ditelinganya, meski Kyuhyun tak berada disampingnya saat ini. Hembusan nafas dan detak jantungnya terdengar jelas ditelinga Yuri ketika ia menimpa tubuh Kyuhyun.

@other place

Kyuhyun memutar keran, membiarkan air yang mengalir menghanyutkan darah yang bercecer di wastafel. Dadanya begitu gatal karena terlalu lama menahan nafas nya yang sudah sesak sedari tadi. Tidak ada gunanya minum obat, kalau pada akhirnya rasa sesak ini akan kembali menyerang paru-parunya. Hanya seorang Kwon Yuri lah yang mampu membuat Cho Kyuhyun berfikir untuk tetap bertahan dengan caranya sendiri.
Kyuhyun membasuh wajahnya dan mengeringkannya dengan syalnya, sebelum ia membuang syalnya sembarang arah. Kyuhyun mulai meyakinkan langkahnya mendekati Yuri yang sedang menikmati hidangan didepannya. Yuri mengangkat pandangannya setelah menyadari Kyuhyun yang berdiri disampingnya dan tak kunjung duduk.
“ ikut aku...” Kyuhyun berbalik dan barjalan meninggalkan Yuri tanpa memperdulikannya yang sedari tadi meminta penjelasan darinya yang tiba-tiba ini.

Masih di tempat yang sama, direstoran tempat mereka tadi. Namun lebih tepatnya berada di lantai atas rumah makan itu. Sebuah lantai yang lapang tanpa tertutup apapun, hanya ada pagar yang mengelilingi lantai itu. Yuri menghampiri Kyuhyun yang sudah sampai lebih dulu darinya. Kyuhyun menoleh menyadari kehadiran Yuri.
“ Kyu?” Yuri menggerakkan tangannya ragu, mendekati wajahnya. Kini terlihat jelas wajah pucat yang tak disadarinya tanpa menggunakan syal. Tangannya sedikit bergetar ketika berusaha membelai wajah Kyuhyun. Yuri menarik tangannya cepat ketika menyadari air matanya jatuh dan menutupinya dengan kedua tangannya.
“ waeyo chagi-ya?” tanya Kyuhyun sembari menurunkan kedua tangan Yuri dari wajahnya perlahan. Kyuhyun menatap mata Yuri yang mulai terlihat memerah.
“ aku mohon Kyuhyun... kau selalu memintaku untuk percaya padamu... kali ini giliranku untuk meminta” suara Yuri terdengar terisak. Rasa dingin semakin menusuk beriringan dengan butiran-butiran salju yang turun. Yuri menggenggam tangan Kyuhyun yang menempel di kedua pipinya. “ biarkan aku mengajakmu pulang, dan merawatmu dirumah” lanjutnya tanpa melepas pandangan matanya dari Kyuhyun. Wajah Kyuhyun terlihat pucat pasi, dan terasa begitu panas saat Yuri sempat membelai wajahnya.
“ anni-ya... kali ini benar-benar yang terakhir... tetaplah disini... aku pastikan ini yang terakhir” Kyuhyun menyeka airmata Yuri dengan ujung jarinya.
“ ta..tapi Kyuhyun... kau demam... lihatlah betapa pu..” kata-kata Yuri terpotong karena jari telunjuk Kyuhyun yang berhenti di bibirnya.
“ believe me, honey”
“ setidaknya... jangan ditempat terbuka pada saat turun salju seperti ini...” Yuri memindahkan syal yang melilit lehernya ke leher Kyuhyun. Kyuhyun menggenggam erat tangan Yuri, membuat Yuri sedikit terkaget.
“ kita akan pulang setelah kau menunjukkan sebuah bintang padaku” Yuri menelan ludahnya, berusaha mencerna tiap kata yang terlontar dari mulut Kyuhyun. Tidak ada bintang pada langit yang  sedang menaburkan saljunya. Yuri menatap Kyuhyun jauh kedalam manik matanya. Berusaha menerka-nerka maksud dari perkataannya. Yuri menggeleng, merasa tak mendapatkan jawaban apapun dari sorot mata itu. “ lihatlah ke langit” butiran salju berjatuhan menerpa wajah Yuri yang sedang memandangi langit.
“ Kyu...”
“ disana!” Kyuhyun mengangkat tangannya tinggi, mengarahkan telunjuknya kesuatu arah dilangit.
“ emm?” Yuri semakin tak mengerti, tak ada apapun dilangit, hanya warna hitam menghampar. Kyuhyun menarik sudut-sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman. Kyuhyun membuka lebar telapak tangannya dan meremasnya, seolah menangkap sesuatu dari langit.
“ kurasa aku yang menemukan bintang nya. Kau lambat” lirih Kyuhyun sembari membuka genggaman tangannya didepan Yuri, membuat Yuri menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya seolah tak percaya. Sebuah cincin perak dengan ukiran sebuah bintang dimana ditengahnya terdapat permata dengan warna senada. Kyuhyun menarik tangan Yuri, memasukkan cincin itu di jari manisnya dan mengecup kening Yuri perlahan.
“ kau gagal memenuhi permintaanku ini, eum? kau berhutang satu lagi permintaan dariku” Yuri menatap mata Kyuhyun dengan senyuman yang masih melekat indah dibibirnya dan sesekali menengok cincin yang melingkar di jari nya. Cantik.
“ kau curang. Kyu... kau selalu punya banyak rencana untuk membuatku menuruti perintahmu... dan kau juga curang, bisa merubah suasana hatiku yang harusnya kesal menjadi sebahagia ini... curang ...” Kyuhyun terkekeh mendengar kesimpulan dari Yuri.
“ jadi?”
“ katakan permintaanmu... seharusnya kau sudah beristirahat dirumah saat ini” Kyuhyun menekan hidung Yuri, merasa gemas dengan kedua mata yang menatapnya iba.
“ kau berhutang sebuah bintang padaku. Jangan mencariku dulu, dan kembalilah satu minggu lagi, saat kau menemukan bintang untukku” Yuri mendongkak, menatap tajam kedua mata Kyuhyun secara bergantian, mulutnya sedikit terbuka seolah tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
“ jahat~... kau curang, dan kau jahat. Berhentilah untuk berusaha membunuhku dengan berusaha menjauhiku!” ucap Yuri dengan nada tinggi, tangannya memukul dada Kyuhyun perlahan membuat Kyuhyun terbatuk. Yuri ribut sendiri dengan keadaan Kyuhyun meski ia sudah meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja.
“ Yuri, Yuri, tenanglah chagi... aku tidak apa-apa” Kyuhyun memegang kedua pundak Yuri, berusaha untuk menenangkannya dan langsung menariknya kedalam pelukannya. “ kita pulang sekarang chagi-ya”. Kyuhyun menuntun Yuri didalam pelukannya. Badan Yuri seperti membeku karena terlalu lama dibawah salju, begitupun dengan Kyuhyun.

===oOo===

Suara detak jam menjadi musik malam ini, sesekali suara angin masuk melalui jendela yang sengaja dibuka ikut menyapa. Dingin malam ini masih belum berubah, begitu menusuk. Ditemani segelas coklat hangat, sebuah pensil, secarik kertas dan lampu yang menyala dimeja belajarnya. Beberapa garis ia torehkan, membentuk beberapa bentuk runcing dari lima buah garis. Sebuah bintang. Dan terus seperti itu hingga tak ada ruang lagi untuk nya menggambar.
Semua terdengar seperti sebuah teka-teki ditelinga Yuri. Kyuhyun berhasil membuatnya memutar otak, memaksanya berfikir keras untuk dapat meminta hak akan janji yang diberikan namjachingu nya. Yuri menyambar ponsel yang diletakkan di atas meja dimana ia duduk pada kursi di sampingnya. Menekan sederet nomor yang secara otomatis melintas di otaknya, bukan waktu yang sebentar untuknya hingga ia tidak hafal dengan nomor namja chingu nya. Yuri mengamati jarinya yang hendak menekan tombol ‘call’ hingga akhirnya ia letakkan kembali ponselnya, mengurungkan kembali niatnya.
“ aku akan menemuimu, saat aku dapatkan bintang untukmu. Dan pada saat itu, kau tidak akan bisa menolak permintaanku. Itu janjimu. Aku percaya padamu” lirih Yuri sembari menutup kaca jendelanya sebelum beranjak ke tempat tidurnya, mengistirahatkan badan, otak, dan hatinya untuk satu malam yang tak mungkin berulang pada waktu yang sama.

Di tempat lain, Kyuhyun terjerembab dilantai, meringkuk memegangi dadanya, pasokan udara yang masuk kedalam paru-parunya tak dapat diterima dengan baik, membuatnya semakin sulit bernafas dan sesekali darah keluar dari mulutnya ketika ia terbatuk. Dingin! Sakit! Apa ini akan benar-benar berakhir? Benaknya dengan rasa keputus asaan nya.

____


“ satu minggu... eum... awas saja kau! “ gumamnya disepanjang jalan menuju kediaman Kyuhyun sembari memainkan jarinya diatas keypad ponselnya. “ kenapa dengan orang ini! Panggilan mailbox yang kelima. Jangan katakan kalau saat ini kau sedang berkencan dengan perempuan lain! Awas saja kau kalau itu benar!” Yuri menutup ponser lipatnya dengan kasar, memasukkan kedalam sakunya. Sesekali ia menggosok kedua tangannya untuk mendapatkan sedikit kehangatan. Hari ini salju sudah berhenti turun. Tapi saat kau edarkan pandanganmu, kau akan melihat sebuah kota yang diselimuti es yang berwarna putih.
Yuri mencoba memutar knop pintu, setelah beberapa kali tak ada jawaban saat mengetuk pintu. Tidak dikunci! Yuri membuka pintu perlahan, menimbulkan bunyi decitan dari gesekan engsel pintu yang dibukanya.
“ Kyu, kau didalam?” mata Yuri menjelajah kesekitar sudut ruangan, berharap matanya mendapati sesosok namja yang akan menyambut kedatangannya. “ namja ini jorok sekali... debu menumpuk hampir setebal kasur... apa dia tidak berfikir ini tidak bagus untuk kesehatannya?!” cerocos Yuri yang sedang menaiki satu persatu anak tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai dua. Tangannya yang berpegangan pada besi pagar, memindahkan debu pada besi itu ketelapak tangannya.
“ Kyu?” Yuri memasuki salah satu kamar di lantai atas yang tak lain adalah kamar namja yang dicarinya. Nihil! Ruangan ini menjadi ruangan terakhir untuk yeoja itu mencari keberadaan Kyuhyun. Yuri menggendus kesal, kata-kata yang sempat diucapkannya saat dijalan tadi menjadi alasannya. Yeoja itu membanting tubuhnya kasar ke atas ranjang yang berada di sudut ruangan tersebut. Terasa dingin saat Yuri meraba sprei diatas kasur itu yang membuatnya semakin kesal.
“ berhari-hari tak pulang, eoh? Dan kau tidak menerima panggilan dariku?” kini pandangan Yuri tertuju pada sesuatu yang tergeletak diatas meja dekat kasur itu.
“ namja itu tak membawa ponselnya? Apa itu caramu menghindar dariku?” pandangannya kembali teralih pada sesuatu yang berada dibawa ponsel itu. Beberapa tumpuk map berwarna coklat yang tidak begitu ingin diketahui oleh Yuri. Namun ketika beberapa kali ia menengok kearah map itu, bergantian dengan ponsel ditangannya, Yeoja itu menyambar map tersebut, mengeluarkan isinya perlahan. Sebuah rangkaian huruf tertulis dikertas itu, Yuri menaikkan satu alisnya menandakan akan ketidak mengertiannya. Yuri menajamkan pandangannya saat beberapa rangkaian kata yang mungkin bisa ia mengerti. POSITIF___KANKER DARAH. Sontak membuat Yuri seolah mematung memandangi kertas itu dimana di ujung kanan atas tertulis nama ‘Cho Kyuhyun’.

“ KYUHYUN!!” tanpa aba-aba, Yuri berlari menuruni tangga dan keluar dari rumah itu. Meski sesekali ia terjatuh karena yeoja itu berlari tanpa memperkirakan langkahnya, namun ia kembali bangkit, berusaha menghentikan setiap taksi yang lewat. Air matanya sudah tak terbendung lagi ketika taksi yang ditumpanginya sedang melesat ke tempat yang ditujunya.
“ ruang rawat intensif, agassi... ” sebuah ruangan yang dicarinya setelah yeoja itu bertanya kepada resepsionis. Langkahnya mulai memelan dan mulai mengatur nafasnya yang sudah ngos-ngosan. Terlihat sesosok Kyuhyun yang tergulai lemah di atas ranjang rumah sakit ketika Yuri membuka pintu perlahan setelah menggunakan pakaian steril yang disediakan rumah sakit sebagai syarat untuk menemui pasien yang dirawat di ruangan itu. Yuri menarik sebuah kursi untuknya duduk. Isaknya semakin menjadi melihat tubuh Kyuhyun yang dililit selang-selang yang entah apa saja yang terhubung, untuk bernafaspun menggunakan bantuan oksigen.
“ aku datang, bodoh. Hiks... kenapa kau tidak menyambutku? hiks... aku masih kedinginan. Apa kau tidak mau menghangatkanku seperti waktu itu?!” begitu sulit untuk Yuri berkata-kata sembari berusaha menahan tangisnya. Tangan Kyuhyun yang tergeletak tak bertenaga di genggam erat oleh Yuri, tak perlu banyak tenaga untuk Yuri mengangkat tangan lemah itu.
 Isaknya sedikit berkurang ketika melihat pergerakan pada tangan yang ia genggam sedari tadi. “ Kyu...” genggaman tangan yeoja itu semakin kuat saat namja dihadapannya mulai membuka matanya perlahan dan memdapati sosoknya yang menggenggam erat tangannya. Jangankan untuk mengeluarkan sepatah kata untuk menyambutnya, untuk menarik otot mukanya sekedar membuat membuat senyuman untuk menyambutnya itu sudah sangat sulit.
Kyuhyun masih berusaha menggerakkan tangannya perlahan hingga ujung  jemarinya menempel pada pipi Yuri yang sudah dibesahi air mata. Kyuhyun menatap dalam Yuri, seolah berkata ‘hapuslah air matamu’. Yuri menarik tangan Kyuhyun, meletakkan didadanya.
“ aku membawakan bintangmu. Apa kau melihatnya? Aku ingin menjadi bintangmu. Aku mohon, bertahanlah” ucap Yuri yang sesekali terdengar isakan dari bibir mungilnya. Kyuhyun menggerakkan bibirnya namun tak berucap. Yuri berusaha membaca pikiran namja itu saat ia menggelengkan kepalanya perlahan. Yuri mengusap air matanya, melepaskan sebuah cincin yang melingkar dijarinya, cincin bintang pemberian Kyuhyun dan memasukkannya pada jari manis Kyuhyun. Lagi-lagi gelengan lemah menyambutnya hingga akhirnya tangan pada genggaman Yuri melemas dan terlepas dari genggamannya. Sontak membuat Yuri berteriak memanggil dokter ketika mata Kyuhyun mulai tertutup.
Tak ada yang bisa merubah kenyataan, ketika dokter hanya bisa menghela nafas melihat sesosok tubuh yang terbujur kaku di atas ranjangnya. Menangis, hanya itu yang dapat Yuri lakukan. Sekeras apapun Yuri berteriak. Mata yang sudah tertutup itu tidak akan mungkin terbuka lagi, melihat kenyataan bahwa Kyuhyun sudah pergi, pergi untuk selamanya dari dunia yang cukup lama diwarnai oleh senyuman Yuri.

===oOo===

Satu minggu sejak kepergian Kyuhyun, menjadikan suatu tekanan dihari-hari Yuri. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Menatap langit malam yang dipenuhi awan hitam. Yeoja itu sedikit bersenandung dengan pandangan datar nya sembari mengayun-ayunkan kakinya yang saat ini sedang duduk menghadap keluar di jendela kamarnya, tepatnya dilantai dua rumahnya, dengan tangan kanannya yang memegang sepucuk kertas berwarna kuning dengan sedikit bercak merah.
Yuri tersenyum hambar, menghentikan senandungnya sebelum akhirnya Yuri melepaskan pegangan tangannya pada tepi jendela. Dengan sedikit dorongan tangannya, yeoja itu membiarkan dirinya terjun bebas dengan senyuman itu yang masih melekat.

BRAKK

Sepucuk kertas itu jatuh ke dasar tanah,beriringan dengan tubuh Yuri yang sudah mulai mengeluarkan darah dari beberapa bagian tubuhnya.

~on latter~
  Lihatlah langit malam ini chagi-ya. Lihatlah pada satu bintang yang lebih terang. Mungkin, aku ada disana, memandangi bintangku yang paling terang. Kau chagi-ya. Aku harap kau menyadarinya. Kau pernah bilang, kalau aku ini mataharimu?? Apa kau tau? Matahari memang yang paling terang dan hangat di bumi ini. Kalau dibandingkan dengan  bintang yang hanya mempunyai sedikit sinarnya.
Tapi apa kau pernah berfikir? Bintang akan terlihat lebih indah saat malam hari. Semua orang akan dengan senang hati memandangi bintang tanpa memnggunakan penghalang apapun. Sedangkan matahari? Tidak ada orang yang kuat melihatnya tanpa menggunakan pengaman mata, bahkan bersembunyi di bawah payungnya ketika matahari menyorotkan teriknya di siang hari.
Aneh ya? Aku memang tidak pandai menulis, dan tidak pandai menyatakan perasaanku. Maafkan aku chagi-ya, aku tidak bisa melindungimu, membuatmu tersenyum, dan menemanimu saat kau membutuhkan seorang teman, seperti namja-namja lainnya yang selalu ada ketika yeojachingunya membutuhkannya. Aku sudah gagal sebagai namja chingumu. Maafkan aku chagi...
Tetaplah tersenyum... meski matahari tak bersinar lagi. Biarkan bintang yang menggantikan sinarnya ketika matahari sedang tertidur.percayalah! tetaplah menjadi bintangku yang selalu bersinar. Lihatlah disekelilingmu! Semuanya tersenyum memandangi bintangku, termasuk aku. Aku tidak pernah pergi. Selama kau masih membawa kunci hatimu, masuklah! Ada aku disana. Saraghae...

#Yuri’s mine
Aku benar kan?. Akulah bintangmu. Kau berjanji padaku, akan menuruti perintahku saat aku berhasil membawakan bintang untukmu. Bohong! Semua janjimu hanyalah omong kosong! Kau kabur sebelum aku meminta hakku. Tidak ada bintang malam ini, hanya ada awan hitam. Tidak ada bintang yang bersinar malam ini. Kau bohong! Bintang itu tidak dapat bersinar saat matahari tertidur. Aku akan menemuimu... menagih janjimu... dan mencari sinarku disisimu. Tunggu aku Kyu. Chagi-ya. Na do saranghae~


_END_




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your LIKE and COMMENT are our oxygen...