Tittle : My StarLight
is You
Author : Reinara
Cast :
-
Cho Kyuhyun
-
Kwon Yuri
Warning!! Typo
bertebaran~ dari FF sebelumnya author pake Yunho jadi cast nya. Jadi kalo ada
yg belum sempat ke edit. Mianhe sebelumnya
HAPPY READING^^
__Ketika cinta mulai berbicara, takdir pun dapat berubah.
Namun ketika takdir mulai berbicara, tak ada cinta manapun yang dapat merubah.
__
“ ini resep obat yang harus anda minum agassi”
“ untuk apa dok? Bukankan sudah tak ada harapan lagi? Untuk
apa aku harus minum obat?”
“ agassi... kami berusaha memberikan yang terbaik kepada
pasien. Mungkin ini tidak membantu, tapi setidaknya, obat ini sedikit
memperlambat peningkatan penyakit anda”
“ saya mengerti, permisi” Kyuhyun melangkah keluar dari
ruang dokter Lee dengan wajah sayu nya. Namja membuka pintu dan menutupnya
perlahan, kemudian bersandar pada dinding dekat pintu ruangan yang baru saja
dimasukinya dengan kasar. “ SIALL!!” geramnya sembari meremas sepucuk kertas di
tangannya dan melempar asal kelantai dan pelahan berjalan menelusuri lorong
menuju jalan keluar.
Semangat hidupnya semakin menghilang semenjak vonis dari
dokter yang menyatakan penyakit kanker darah manjalar ditubuhnya. Leukimia
mielositik kronis telah dideritanya selama satu tahun lamanya. Chemotherapy,
transfusi darah, mengkonsumsi obat dan berbagai cara lain sudah dijalaninya.
Tapi, selama kamus kedokteran masih tertulis ‘belum ditemukan obat untuk
penyakit tersebut’, tak ada yang bisa Kyuhyun lakukan ketika dokter memberi
pengakuan penyakitnya semakin memburuk dan kesempatan hidupnya semakin menipis.
“ yeoboseyo chagi-ya, mianhe aku sedikit terlambat, tunggulah sebentar
lagi... ne, annyeong” Kyuhyun memutuskan sambungan ponselnya dan kembali
fokus kepada jalanan dimana Kyuhyun melesat dengan mobil pribadinya, menuju ke
suatu tempat dimana Kwon Yuri, yeoja chingunya menunggu.
Dengan swetter coklat dan syal yang melilit leher dan menutupi
sebagian wajahnya, Kyuhyun melangkah menuju sebuah kursi dibawah pohon ditengah
taman dimana seorang yeoja menunggu kedatangannya.
“ Yuri-ya, mianhe aku terlambat” ucap Kyuhyun seraya memeluk
yeoja yang sedang duduk itu dari belakang. Yuri menggenggam tangan yang
melilitnya. “ kau kedinginan?” lanjut Kyuhyun membenamkan kepalanya di pundak
Yuri. Siang ini cukup dingin di hari kedua turunnya salju.
“ bagaimana aku bisa kedinginan kalau kau memelukku seperti
ini? Aku hangat chagi, karena kau yang selalu menghangatkanku. Memiliki dirimu
adalah kehangatan bagiku” Yuri menyandarkan kepalanya pada kepala Kyuhyun yang
masih terdiam dipundaknya. Tarikan nafas panjang Kyuhyun terdengar jelas
ditelinga Yuri, membuatnya melontarkan sebuah pertanyaan.
“ apa kau demam?” Kyuhyun mengangkat kepalanya dan melepas
pelukannya, mengambil posisi kosong di samping Yuri. Yuri memandangnya heran,
dengan syal yang dikenakannya hingga ia tak dapat melihat dengan jelas
keseluruhan wajah namjachingunya sore hari ini. Kyuhyun menggenggam tangan
Yuri, menolak tangannya yang hampir menyentuh syal diwajahnya.
“ pecayalah, aku baik-baik saja”
“ kau terlihat pucat. Apa kau yakin tidak lebih baik pulang
saja?!” tebak Yuri, dilihat dari mata namja dihadapannya yang nampak sayu.
Gelengan lemah dari Kyuhyun mewakili jawaban ‘tidak’ sebelum ia beranjak dari
posisi duduknya.
“ aku tak mau melewatkan hari ini. Kajja!!” ajaknya. Yuri
mengangguk dan menyambut uluran tangan itu. Beribu pertanyaan menghujami
pikiran Yuri akan sikap Kyuhyun akhir-akhir ini. Yuri merasa ada yang
disembunyikan darinya. Karena setiap kali Yuri ingin menemuinya, ada saja alasan
dari namja itu untuk menolak. Dan saat mereka sedang berkencan, tak jarang
Kyuhyun menghilang di tengah-tengah acara kencan mereka. Dan yang semakin
membuatnya heran, di sore yang dingin oleh turunnya salju, dimana semua orang
lebih memilih bersembunyi di balik selimut hangat atau menyesap secangkir kopi
di depan perapian rumahnya, Kyuhyun mengajaknya berkencan dan berjanji untuk
menemaninya seharian. Ingin sekali Yuri menanyakan hal itu, namun semua
rangkaian pertanyaannya hanya tertahan di mulut ketika Kyuhyun mengatakan kata-kata
yang berhubungan dengan ‘percaya’.
“ aku percaya padamu” gumam Yuri hampir tak terdengar, namun
ditelinga Kyuhyun terdengar sangat jelas.
“ mianhe chagi” benak Kyuhyun berteriak ingin mengatakannya,
ingin ia melihat yeoja nya menangis senang seperti saat pertama ia menyatakan
cintanya. Membayangkan kenangan masa lalu itu membuat dadanya semakin sesak
membuat nya tak mampu untuk bernafas normal. Harapannya saat ini, membuat
tangisan itu tetap menjadi air mata bahagia, bukan seperti yang ia bayang kan
kedepannya saat ini.
===oOo===
“ ini lucu... lihat!” Yuri menyodorkan sebuah boneka kelinci
yang ukurannya bahkan lebih besar dari badannya. Telinga panjang dengan mata
besarnya mampu menarik perhatian Yuri yang ditambah dengan warna pinknya yang
menjadi warna andalan setiap perempuan, mungkin.
“ kau suka?” suara Kyuhyun sedikit teredam oleh syal yang
menutupi mulutnya, namun mampu terdengar oleh Yuri yang membuat sebuah senyuman
tersungging di bibir mungil Yuri yang disusul anggukan antusiasnya.
“ uhuk... ehemm. Kenapa harus bertanya padaku?” Yuri memeluk
boneka itu sembari membelai halus dengan jari telunjuknya, kerucut bentuk
bibirnya menampakkan wajah aegyo Yuri membuat Kyuhyun tak tahan untuk tidak
mengacak-acak rambutnya.
“ baiklah yeoja manja, kita beli ini”
“ yippie!” dengan girangnya Yuri memeluk boneka kelinci itu
dengan sesekali mengecup-kecupnya. Kyuhyun menyipitkan matanya, menandakan ada
sebuah senyuman dibalik syal coklat bergaris hitam itu.
===oOo===
“ langkahkan kakimu, chagi-ya!”
“ Kyuhyun! Aku tidak bisa!”
“ lakukan seperti yang ku lakukan!” Kyuhyun melepaskan
pegangan tangan Yuri perlahan, dan melangkah menjauhi Yuri. Yuri yang tidak
pernah menggunakan sepatu ice skating dan berdiri di hamparan lantai es, akan
sangat kesulitan berdiri dengan tegak saat Kyuhyun membiarkannya berdiri
sendiri.
“ Kyu... ” Yuri yang masih kesulitan mengendalikan
keseimbangan tubuhnya, tidak berani melangkahkan kakinya barang se senti pun.
“ percayalah padaku, aku ada disini” satu kata yang selalu
menjadi jarum di telinga Yuri, yang tak mampu menolak setiap sisipan kata
‘percaya’ pada kalimat yang diucapkan Kyuhyun. Kyuhyun yang berdiri empat
langkah dihadapan yeojachingunya, membentangkan kedua tangannya, seolah
menyambut kedatangan Yuri. Sementara Yuri menarik nafas panjang dan kembali
menghembuskannya, berusaha mengumpulkan tenaga pada telapak kakinya.
“ Kyaaa!!!” yeoja itu berteriak ketika keseimbangannya
hilang pada langkah pertama yang diambilnya.
Brugkhh!!
Yuri terjatuh tepat diatas tubuh Kyuhyun yang menyangga
tubuh Yuri pada waktu yang tepat. Namun dikarenakan lantai es yang licin
membuat Kyuhyun ikut kehilangan keseimbangan, dan kini kedua mata mereka
beradu. Wajah Yuri begitu dekat dengan Kyuhyun, membuatnya mampu mendengar
hembusan nafas dari Kyuhyun. Seketika ekspresi wajah Yuri berubah. Yuri
berusaha berdiri dan menegakkan tubuhnya diikuti Kyuhyun yang sesekali merengek
oleh timpaan Yuri.
“ kau ini berat sekali, Yuri-ya... sepertinya kau perlu memeriksa
berat badanmu segera” Kyuhyun yang sudah berdiri, menyadari akan tatapan
berbeda dari Yuri. Seketika membuat Kyuhyun terdiam menatapnya dan membenahi
letak syalnya.
“ Ehmm... ehmm..” Kyuhyun mendehem pelan, menanggapi sikap
Yuri yang terus diam menatapnya. Yuri mengerjapkan matanya dan menunjukkan
sekilas senyumannya.
“ Ah, mianhe... Kyuhyun... aku lapar” ucap Yuri tersenyum kecil, sembari menyambar tangan
Kyuhyun untuk mempertahankan keseimbangannya yang mulai goyang. Kyuhyun
menghela nafas panjang.
“ ne, kajja” Kyuhyun memicu langkahnya. Sedangkan Yuri yang
melangkah lebih belakang, hanya menundukkan kepala dan mengapalkan tangannya.
Aku percaya! Aku hanya perlu percaya! kata itu yang selalu Yuri ucapkan dalam
hati, berusaha meyakinkan dirinya untuk menghilangkan seribu macam pertanyaan
yang terbesit dalam pikirannya.
“ chagi-ya... kau melamun?” Kyuhyun mengibas-kibaskan
tangannya didepan Yuri, membuyarkan lamunan yeoja itu. “ kau sudah memutuskan
mau pesan apa?” lanjut Kyuhyun sedikit menarik daftar menu dari tangan Yuri.
“eum, ne... aku pesan... ini” Yuri menunjukkan pesanannya
pada pelayan yang sudah menunggu disampingnya sedari tadi.
“ ne, agassi... wait ten minutes” pelayan itu membungkuk dan
berjalan menjauh dari tempat mereka duduk.
“ ehmhem... errrr, Yuri-ah... aku tinggal sebentar, mau
kekamar kecil” Kyuhyun beranjak dari duduknya ketika mendapat anggukan dan
senyum dari Yuri. Yuri hanya duduk terdiam sembari membuat gambar lingkaran
berulang-ulang dengan jarinya. Ada sesuatu yang ia tak tau, dan perlu ia
ketahui. Masih terdengar jelas ditelinganya, meski Kyuhyun tak berada
disampingnya saat ini. Hembusan nafas dan detak jantungnya terdengar jelas
ditelinga Yuri ketika ia menimpa tubuh Kyuhyun.
@other place
Kyuhyun memutar keran, membiarkan air yang mengalir
menghanyutkan darah yang bercecer di wastafel. Dadanya begitu gatal karena
terlalu lama menahan nafas nya yang sudah sesak sedari tadi. Tidak ada gunanya
minum obat, kalau pada akhirnya rasa sesak ini akan kembali menyerang
paru-parunya. Hanya seorang Kwon Yuri lah yang mampu membuat Cho Kyuhyun
berfikir untuk tetap bertahan dengan caranya sendiri.
Kyuhyun membasuh wajahnya dan mengeringkannya dengan
syalnya, sebelum ia membuang syalnya sembarang arah. Kyuhyun mulai meyakinkan
langkahnya mendekati Yuri yang sedang menikmati hidangan didepannya. Yuri
mengangkat pandangannya setelah menyadari Kyuhyun yang berdiri disampingnya dan
tak kunjung duduk.
“ ikut aku...” Kyuhyun berbalik dan barjalan meninggalkan
Yuri tanpa memperdulikannya yang sedari tadi meminta penjelasan darinya yang
tiba-tiba ini.
Masih di tempat yang sama, direstoran tempat mereka tadi.
Namun lebih tepatnya berada di lantai atas rumah makan itu. Sebuah lantai yang
lapang tanpa tertutup apapun, hanya ada pagar yang mengelilingi lantai itu.
Yuri menghampiri Kyuhyun yang sudah sampai lebih dulu darinya. Kyuhyun menoleh
menyadari kehadiran Yuri.
“ Kyu?” Yuri menggerakkan tangannya ragu, mendekati
wajahnya. Kini terlihat jelas wajah pucat yang tak disadarinya tanpa
menggunakan syal. Tangannya sedikit bergetar ketika berusaha membelai wajah
Kyuhyun. Yuri menarik tangannya cepat ketika menyadari air matanya jatuh dan
menutupinya dengan kedua tangannya.
“ waeyo chagi-ya?” tanya Kyuhyun sembari menurunkan kedua
tangan Yuri dari wajahnya perlahan. Kyuhyun menatap mata Yuri yang mulai
terlihat memerah.
“ aku mohon Kyuhyun... kau selalu memintaku untuk percaya
padamu... kali ini giliranku untuk meminta” suara Yuri terdengar terisak. Rasa
dingin semakin menusuk beriringan dengan butiran-butiran salju yang turun. Yuri
menggenggam tangan Kyuhyun yang menempel di kedua pipinya. “ biarkan aku
mengajakmu pulang, dan merawatmu dirumah” lanjutnya tanpa melepas pandangan
matanya dari Kyuhyun. Wajah Kyuhyun terlihat pucat pasi, dan terasa begitu
panas saat Yuri sempat membelai wajahnya.
“ anni-ya... kali ini benar-benar yang terakhir... tetaplah
disini... aku pastikan ini yang terakhir” Kyuhyun menyeka airmata Yuri dengan
ujung jarinya.
“ ta..tapi Kyuhyun... kau demam... lihatlah betapa pu..”
kata-kata Yuri terpotong karena jari telunjuk Kyuhyun yang berhenti di bibirnya.
“ believe me, honey”
“ setidaknya... jangan ditempat terbuka pada saat turun
salju seperti ini...” Yuri memindahkan syal yang melilit lehernya ke leher Kyuhyun.
Kyuhyun menggenggam erat tangan Yuri, membuat Yuri sedikit terkaget.
“ kita akan pulang setelah kau menunjukkan sebuah bintang
padaku” Yuri menelan ludahnya, berusaha mencerna tiap kata yang terlontar dari
mulut Kyuhyun. Tidak ada bintang pada langit yang sedang menaburkan saljunya. Yuri menatap
Kyuhyun jauh kedalam manik matanya. Berusaha menerka-nerka maksud dari
perkataannya. Yuri menggeleng, merasa tak mendapatkan jawaban apapun dari sorot
mata itu. “ lihatlah ke langit” butiran salju berjatuhan menerpa wajah Yuri
yang sedang memandangi langit.
“ Kyu...”
“ disana!” Kyuhyun mengangkat tangannya tinggi, mengarahkan
telunjuknya kesuatu arah dilangit.
“ emm?” Yuri semakin tak mengerti, tak ada apapun dilangit,
hanya warna hitam menghampar. Kyuhyun menarik sudut-sudut bibirnya mengukir
sebuah senyuman. Kyuhyun membuka lebar telapak tangannya dan meremasnya, seolah
menangkap sesuatu dari langit.
“ kurasa aku yang menemukan bintang nya. Kau lambat” lirih
Kyuhyun sembari membuka genggaman tangannya didepan Yuri, membuat Yuri menutup
mulutnya dengan kedua telapak tangannya seolah tak percaya. Sebuah cincin perak
dengan ukiran sebuah bintang dimana ditengahnya terdapat permata dengan warna
senada. Kyuhyun menarik tangan Yuri, memasukkan cincin itu di jari manisnya dan
mengecup kening Yuri perlahan.
“ kau gagal memenuhi permintaanku ini, eum? kau berhutang
satu lagi permintaan dariku” Yuri menatap mata Kyuhyun dengan senyuman yang
masih melekat indah dibibirnya dan sesekali menengok cincin yang melingkar di
jari nya. Cantik.
“ kau curang. Kyu... kau selalu punya banyak rencana untuk
membuatku menuruti perintahmu... dan kau juga curang, bisa merubah suasana
hatiku yang harusnya kesal menjadi sebahagia ini... curang ...” Kyuhyun
terkekeh mendengar kesimpulan dari Yuri.
“ jadi?”
“ katakan permintaanmu... seharusnya kau sudah beristirahat
dirumah saat ini” Kyuhyun menekan hidung Yuri, merasa gemas dengan kedua mata
yang menatapnya iba.
“ kau berhutang sebuah bintang padaku. Jangan mencariku
dulu, dan kembalilah satu minggu lagi, saat kau menemukan bintang untukku” Yuri
mendongkak, menatap tajam kedua mata Kyuhyun secara bergantian, mulutnya
sedikit terbuka seolah tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
“ jahat~... kau curang, dan kau jahat. Berhentilah untuk
berusaha membunuhku dengan berusaha menjauhiku!” ucap Yuri dengan nada tinggi,
tangannya memukul dada Kyuhyun perlahan membuat Kyuhyun terbatuk. Yuri ribut
sendiri dengan keadaan Kyuhyun meski ia sudah meyakinkan kalau dirinya
baik-baik saja.
“ Yuri, Yuri, tenanglah chagi... aku tidak apa-apa” Kyuhyun
memegang kedua pundak Yuri, berusaha untuk menenangkannya dan langsung
menariknya kedalam pelukannya. “ kita pulang sekarang chagi-ya”. Kyuhyun
menuntun Yuri didalam pelukannya. Badan Yuri seperti membeku karena terlalu
lama dibawah salju, begitupun dengan Kyuhyun.
===oOo===
Suara detak jam menjadi musik malam ini, sesekali suara
angin masuk melalui jendela yang sengaja dibuka ikut menyapa. Dingin malam ini
masih belum berubah, begitu menusuk. Ditemani segelas coklat hangat, sebuah
pensil, secarik kertas dan lampu yang menyala dimeja belajarnya. Beberapa garis
ia torehkan, membentuk beberapa bentuk runcing dari lima buah garis. Sebuah
bintang. Dan terus seperti itu hingga tak ada ruang lagi untuk nya menggambar.
Semua terdengar seperti sebuah teka-teki ditelinga Yuri.
Kyuhyun berhasil membuatnya memutar otak, memaksanya berfikir keras untuk dapat
meminta hak akan janji yang diberikan namjachingu nya. Yuri menyambar ponsel yang
diletakkan di atas meja dimana ia duduk pada kursi di sampingnya. Menekan sederet
nomor yang secara otomatis melintas di otaknya, bukan waktu yang sebentar
untuknya hingga ia tidak hafal dengan nomor namja chingu nya. Yuri mengamati
jarinya yang hendak menekan tombol ‘call’ hingga akhirnya ia letakkan kembali
ponselnya, mengurungkan kembali niatnya.
“ aku akan menemuimu, saat aku dapatkan bintang untukmu. Dan
pada saat itu, kau tidak akan bisa menolak permintaanku. Itu janjimu. Aku
percaya padamu” lirih Yuri sembari menutup kaca jendelanya sebelum beranjak ke
tempat tidurnya, mengistirahatkan badan, otak, dan hatinya untuk satu malam
yang tak mungkin berulang pada waktu yang sama.
Di tempat lain, Kyuhyun terjerembab dilantai, meringkuk
memegangi dadanya, pasokan udara yang masuk kedalam paru-parunya tak dapat
diterima dengan baik, membuatnya semakin sulit bernafas dan sesekali darah
keluar dari mulutnya ketika ia terbatuk. Dingin! Sakit! Apa ini akan
benar-benar berakhir? Benaknya dengan rasa keputus asaan nya.
____
“ satu minggu... eum... awas saja kau! “ gumamnya disepanjang
jalan menuju kediaman Kyuhyun sembari memainkan jarinya diatas keypad
ponselnya. “ kenapa dengan orang ini! Panggilan mailbox yang kelima. Jangan
katakan kalau saat ini kau sedang berkencan dengan perempuan lain! Awas saja
kau kalau itu benar!” Yuri menutup ponser lipatnya dengan kasar, memasukkan
kedalam sakunya. Sesekali ia menggosok kedua tangannya untuk mendapatkan
sedikit kehangatan. Hari ini salju sudah berhenti turun. Tapi saat kau edarkan
pandanganmu, kau akan melihat sebuah kota yang diselimuti es yang berwarna
putih.
Yuri mencoba memutar knop pintu, setelah beberapa kali tak
ada jawaban saat mengetuk pintu. Tidak dikunci! Yuri membuka pintu perlahan,
menimbulkan bunyi decitan dari gesekan engsel pintu yang dibukanya.
“ Kyu, kau didalam?” mata Yuri menjelajah kesekitar sudut
ruangan, berharap matanya mendapati sesosok namja yang akan menyambut kedatangannya.
“ namja ini jorok sekali... debu menumpuk hampir setebal kasur... apa dia tidak
berfikir ini tidak bagus untuk kesehatannya?!” cerocos Yuri yang sedang menaiki
satu persatu anak tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai dua.
Tangannya yang berpegangan pada besi pagar, memindahkan debu pada besi itu
ketelapak tangannya.
“ Kyu?” Yuri memasuki salah satu kamar di lantai atas yang
tak lain adalah kamar namja yang dicarinya. Nihil! Ruangan ini menjadi ruangan
terakhir untuk yeoja itu mencari keberadaan Kyuhyun. Yuri menggendus kesal,
kata-kata yang sempat diucapkannya saat dijalan tadi menjadi alasannya. Yeoja
itu membanting tubuhnya kasar ke atas ranjang yang berada di sudut ruangan
tersebut. Terasa dingin saat Yuri meraba sprei diatas kasur itu yang membuatnya
semakin kesal.
“ berhari-hari tak pulang, eoh? Dan kau tidak menerima
panggilan dariku?” kini pandangan Yuri tertuju pada sesuatu yang tergeletak
diatas meja dekat kasur itu.
“ namja itu tak membawa ponselnya? Apa itu caramu menghindar
dariku?” pandangannya kembali teralih pada sesuatu yang berada dibawa ponsel
itu. Beberapa tumpuk map berwarna coklat yang tidak begitu ingin diketahui oleh
Yuri. Namun ketika beberapa kali ia menengok kearah map itu, bergantian dengan
ponsel ditangannya, Yeoja itu menyambar map tersebut, mengeluarkan isinya perlahan.
Sebuah rangkaian huruf tertulis dikertas itu, Yuri menaikkan satu alisnya
menandakan akan ketidak mengertiannya. Yuri menajamkan pandangannya saat
beberapa rangkaian kata yang mungkin bisa ia mengerti. POSITIF___KANKER DARAH.
Sontak membuat Yuri seolah mematung memandangi kertas itu dimana di ujung kanan
atas tertulis nama ‘Cho Kyuhyun’.
“ KYUHYUN!!” tanpa aba-aba, Yuri berlari menuruni tangga dan
keluar dari rumah itu. Meski sesekali ia terjatuh karena yeoja itu berlari
tanpa memperkirakan langkahnya, namun ia kembali bangkit, berusaha menghentikan
setiap taksi yang lewat. Air matanya sudah tak terbendung lagi ketika taksi
yang ditumpanginya sedang melesat ke tempat yang ditujunya.
“ ruang rawat intensif, agassi... ” sebuah ruangan yang
dicarinya setelah yeoja itu bertanya kepada resepsionis. Langkahnya mulai
memelan dan mulai mengatur nafasnya yang sudah ngos-ngosan. Terlihat sesosok
Kyuhyun yang tergulai lemah di atas ranjang rumah sakit ketika Yuri membuka
pintu perlahan setelah menggunakan pakaian steril yang disediakan rumah sakit
sebagai syarat untuk menemui pasien yang dirawat di ruangan itu. Yuri menarik
sebuah kursi untuknya duduk. Isaknya semakin menjadi melihat tubuh Kyuhyun yang
dililit selang-selang yang entah apa saja yang terhubung, untuk bernafaspun
menggunakan bantuan oksigen.
“ aku datang, bodoh. Hiks... kenapa kau tidak menyambutku?
hiks... aku masih kedinginan. Apa kau tidak mau menghangatkanku seperti waktu
itu?!” begitu sulit untuk Yuri berkata-kata sembari berusaha menahan tangisnya.
Tangan Kyuhyun yang tergeletak tak bertenaga di genggam erat oleh Yuri, tak
perlu banyak tenaga untuk Yuri mengangkat tangan lemah itu.
Isaknya sedikit
berkurang ketika melihat pergerakan pada tangan yang ia genggam sedari tadi. “
Kyu...” genggaman tangan yeoja itu semakin kuat saat namja dihadapannya mulai
membuka matanya perlahan dan memdapati sosoknya yang menggenggam erat
tangannya. Jangankan untuk mengeluarkan sepatah kata untuk menyambutnya, untuk
menarik otot mukanya sekedar membuat membuat senyuman untuk menyambutnya itu
sudah sangat sulit.
Kyuhyun masih berusaha menggerakkan tangannya perlahan
hingga ujung jemarinya menempel pada
pipi Yuri yang sudah dibesahi air mata. Kyuhyun menatap dalam Yuri, seolah
berkata ‘hapuslah air matamu’. Yuri menarik tangan Kyuhyun, meletakkan
didadanya.
“ aku membawakan bintangmu. Apa kau melihatnya? Aku ingin
menjadi bintangmu. Aku mohon, bertahanlah” ucap Yuri yang sesekali terdengar isakan
dari bibir mungilnya. Kyuhyun menggerakkan bibirnya namun tak berucap. Yuri
berusaha membaca pikiran namja itu saat ia menggelengkan kepalanya perlahan.
Yuri mengusap air matanya, melepaskan sebuah cincin yang melingkar dijarinya, cincin
bintang pemberian Kyuhyun dan memasukkannya pada jari manis Kyuhyun. Lagi-lagi
gelengan lemah menyambutnya hingga akhirnya tangan pada genggaman Yuri melemas
dan terlepas dari genggamannya. Sontak membuat Yuri berteriak memanggil dokter
ketika mata Kyuhyun mulai tertutup.
Tak ada yang bisa merubah kenyataan, ketika dokter hanya
bisa menghela nafas melihat sesosok tubuh yang terbujur kaku di atas
ranjangnya. Menangis, hanya itu yang dapat Yuri lakukan. Sekeras apapun Yuri
berteriak. Mata yang sudah tertutup itu tidak akan mungkin terbuka lagi,
melihat kenyataan bahwa Kyuhyun sudah pergi, pergi untuk selamanya dari dunia
yang cukup lama diwarnai oleh senyuman Yuri.
===oOo===
Satu minggu sejak kepergian Kyuhyun, menjadikan suatu
tekanan dihari-hari Yuri. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Menatap
langit malam yang dipenuhi awan hitam. Yeoja itu sedikit bersenandung dengan
pandangan datar nya sembari mengayun-ayunkan kakinya yang saat ini sedang duduk
menghadap keluar di jendela kamarnya, tepatnya dilantai dua rumahnya, dengan
tangan kanannya yang memegang sepucuk kertas berwarna kuning dengan sedikit
bercak merah.
Yuri tersenyum hambar, menghentikan senandungnya sebelum
akhirnya Yuri melepaskan pegangan tangannya pada tepi jendela. Dengan sedikit
dorongan tangannya, yeoja itu membiarkan dirinya terjun bebas dengan senyuman
itu yang masih melekat.
BRAKK
Sepucuk kertas itu jatuh ke dasar tanah,beriringan dengan tubuh
Yuri yang sudah mulai mengeluarkan darah dari beberapa bagian tubuhnya.
~on latter~
Lihatlah langit
malam ini chagi-ya. Lihatlah pada satu bintang yang lebih terang. Mungkin, aku
ada disana, memandangi bintangku yang paling terang. Kau chagi-ya. Aku harap
kau menyadarinya. Kau pernah bilang, kalau aku ini mataharimu?? Apa kau tau?
Matahari memang yang paling terang dan hangat di bumi ini. Kalau dibandingkan
dengan bintang yang hanya mempunyai
sedikit sinarnya.
Tapi apa kau pernah berfikir? Bintang akan terlihat lebih
indah saat malam hari. Semua orang akan dengan senang hati memandangi bintang
tanpa memnggunakan penghalang apapun. Sedangkan matahari? Tidak ada orang yang
kuat melihatnya tanpa menggunakan pengaman mata, bahkan bersembunyi di bawah payungnya
ketika matahari menyorotkan teriknya di siang hari.
Aneh ya? Aku memang tidak pandai menulis, dan tidak pandai
menyatakan perasaanku. Maafkan aku chagi-ya, aku tidak bisa melindungimu,
membuatmu tersenyum, dan menemanimu saat kau membutuhkan seorang teman, seperti
namja-namja lainnya yang selalu ada ketika yeojachingunya membutuhkannya. Aku
sudah gagal sebagai namja chingumu. Maafkan aku chagi...
Tetaplah tersenyum... meski matahari tak bersinar lagi.
Biarkan bintang yang menggantikan sinarnya ketika matahari sedang tertidur.percayalah!
tetaplah menjadi bintangku yang selalu bersinar. Lihatlah disekelilingmu!
Semuanya tersenyum memandangi bintangku, termasuk aku. Aku tidak pernah pergi.
Selama kau masih membawa kunci hatimu, masuklah! Ada aku disana. Saraghae...
![]() |
#Yuri’s mine
Aku benar kan?. Akulah bintangmu. Kau berjanji padaku, akan
menuruti perintahku saat aku berhasil membawakan bintang untukmu. Bohong! Semua
janjimu hanyalah omong kosong! Kau kabur sebelum aku meminta hakku. Tidak ada
bintang malam ini, hanya ada awan hitam. Tidak ada bintang yang bersinar malam
ini. Kau bohong! Bintang itu tidak dapat bersinar saat matahari tertidur. Aku
akan menemuimu... menagih janjimu... dan mencari sinarku disisimu. Tunggu aku
Kyu. Chagi-ya. Na do saranghae~
_END_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your LIKE and COMMENT are our oxygen...